Kamis, 22 November 2012

SENI RUPA MURNI

Seni  Rupa Murni di Daerah Setempat 

     Menurut sy kalok seni rupa ada 2,seni rupa murni sama seni rupa terapan.

*Seni  rupa murni merupakan seni rupa yg fungsi nya untuk keindahan 

*Seni rupa terapan merupakan seni rupa yang telah memiliki fungsi terapan untuk 
  kehidupan sehari-hari 

      Indonesia Negara yang memilik kebudayaan yang masih utuh dan beragam peninggalan
candi.terhadap karya seni daerah dapat dilakukan dengan meganalisis keunikan"karya tersebut
yaitu:           #Tema karya seni rupa 
                     #Gaya dalam karya seni rupa
                    #Teknik pembuatan dan bahan karya seni 
                   #Bentuk karya seni rupa murnui

Sabtu, 03 November 2012

sejarah wayang kulit




Wayang kulit adalah seni pertunjukkan asli bangsa Indonesia yang sudah ada lebih dari 1000 tahun silam. Wayang kulit sempat meraih masa kejayaannya dimasa lalu sebagai media dakwah dan hiburan. Wayang kulit mengajarkan falsafah hidup kepada masyarakat untuk menjadi manusia yang bijaksana dan beragama. Seiring dengan perkembangan zaman, kesenian wayang kulit pun mulai ditinggalkan masyarakat mulai beralih pada hiburan elektronik layaknya sinetron, film, internet, dan video games. Dominasi hiburan elektronik semakin menggeser eksistensi wayang kulit sebagai media hiburan yang sarat edukasi dalam masyarakat. Tantangan eksistensi wayang kulit yang terjadi di era gobalisasi sekarang akan dibahas lebih lanjut mengingat wayang kulit membutuhkan inovasi untuk terus bertahan dimasa modern sebagai simbol budaya bangsa.
Ada beberapa definisi dari wayang kulit salah satunya adalah menurut Moelyono dalam Soenarto(…..) wayang adalah bayangan imajinasi dari para nenek moyang yang tercermin dari bentuk-bentuk wayang sebagaimana terciptanya wayang melalui tahap penyesuaian dengan kelakuan dan adat tingkah laku yang dibayangkan dalam angan-angan. Dalam pertunjukkan wayang tidak hanya menyajikan sebuah bentuk hiburan, namun wayang adalah falsafah hidup yang dijadikan sebagai pedoman. Wayang bukan hanya bersifat sebagai tontonan, tapi juga tuntunan

sumber:http://kiswantowirjadikarta.blogspot.com/2011/01/tantangan-globalisasi-terhadap.html

lukisan abstrak




Mempelajari seni rupa pada dasarnya mempelajari peradaban manusia.

Sejarah peradaban tidak dapat dipisah-pisahkan, karena pada dasarnya


kesenian antar bangsa memberi dan menerima pengaruh. Namun untuk

mempermudah cara mempelajarinya perlu diadakan pengelompokkan.


Secara kronologis sejarah seni rupa manca negara/ dunia dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1.Seni Rupa Timur Purba
a.Seni Mesir.
b.Seni Mesopotamia.
c.Seni Mediterania.
2.Seni Rupa Eropa Klasik.
a.Seni Yunani
b.Seni Romawi.
3.Seni Abad Pertengahan.
a.Seni Masa Pembenyukan
b.Seni Masa Gemilang.
c.Seni MAsa Kemunduran.
4.Seni Renaissance
a.Seni Renaissance.
b.Seni Barok.
c.Seni Rococo.
5.Seni Modern.

Para ahli berpendapat bahwa seni rupa Barat modern pada dasarnya bersumber dari zaman Yunani dan Romawi
yang disebut zaman Klasik. Kebudayaan Yunani tersebut dibawa ke Eropa Barat melalui Roma.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada awal abad ke-19 menyebabkan munculnya berbagai
produk. Keadaan ini akhirnya mengubah berbagai aspek kehidupan manusia, tak terkecuali di bidang seni rupa.
Perhatian manusia cenderung pada hal-hal yang bersifat material, hal ini menyebabkan pemberontakan
seniman. Pemberontakan seniman termanifestasikan dalam bentuk-bentuk kreativitas, sehingga di dunia
perkembangan seni rupa lahir aliran-aliran dalam seni rupa yang saling menerusakan atau menentang aliran-
aliran sebelumnya.

sumber:berkaryasenirupa.wordpress.com
sarjanaku.com

kerajinan gerabah


 


Kerajinan gerabah yang diproduksi warga Kaliotik Lamongan Jawa Timur, mampu menembus pasar ekspor Eropa. Paduan antara bentuk tradisional dan motif modern membuat gerabah tersebut mempunyai nilai seni tinggi.

Kerajinan gerabah yang ditekuni Selo Wayah tersebut merupakan usaha yang dirintis ayahnya, Zainal Mahfud sejak tahun 1989 lalu dan merupakan satu-satunya di Lamongan. Usaha pembuatan gerabah hias ini mengalami pasang surut, namun dengan ketekunan dan keuletan, akhirnya usaha ini mampu bertahan hingga bisa diwariskannya.

Aneka gerabah hias karya Selo Wayah terdiri dari asbak hingga vas bunga dan lain sebagainya. Bahkan, Selo terus berupaya berkreasi dengan selalu merubah bentuk mengikuti perkembangan jaman dan keinginan para pemesan. Untuk pasar ekspor, gerabah dengan bentuk vas bunga yang selalu mendapat banyak pesanan.

Selo, mengambil bahan baku tanah dari desa Jati Rogo yang berada di kabupaten Tuban. Tanah dari desa tersebut kualitasnya bagus melebihi tanah dari Ponorogo yang ia gunakan sebelumnya. Pembuatan gerabah hias ini tidak dilakukan secara manual, melainkan dengan membuat cetakan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan karena rata-rata pemesan menginginkan bentuk dan ukuran yang sama persis dalam jumlah yang besar.

Pembuatan gerabah ini diawali dengan mengiris tanah yang telah dihaluskan untuk mempermudah pembentukannya. Setelah dibentk kedalam cetakan, gerabah kemudian siap dikeringkan kemudian di bakar. Proses pembakaran dilakukan lebih kurang enam jam untuk menghasilkan kualitas gerabah yang maksimal.

Setelah itu gerabah siap untuk diwarnai. Pewarnaan gerabah sendiri dilakukan dengan cat minyak dan dengan pilihan warna yang mencolok sesuai karakter motif. Hasilnya, berbagai bentuk dan motif unik paduan antara bentuk tradisional dan modern pun tercipta.

Harga kerajinan gerabah ini berfariasi antara 4.000 Rupiah hingga 500.000 Rupiah, tergantung bentuk dan ukurannya. Selain mampu menembus pasaran Eropa, gerabah buatan Kaliotik ini juga kerap dipasarkan ke Bali dan Jakarta. Banyaknya pesanan dari luar negeri membuat omzetnya kini mencapai 10 juta hingga 40 juta rupiah per bulan
.

Sumber : liputan86

Jumat, 02 November 2012

sejarah mozaik



Setelah dipanen selama ribuan tahun―tulang ikan kerapu telah ditemukan di pemukiman manusia sejak lebih dari 100.000 tahun silam―spesies ini telah berkurang dalam beberapa dekade terakhir dan sekarang dikategorikan sebagai terancam punah di International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List. Pemulihan spesies ikan langka memerlukan evaluasi yang cermat dari beberapa elemen penting, seperti kelimpahan, struktur ukuran, dan distribusi spasial.
Untuk melihat sejarah kerapu, para peneliti memeriksa ratusan lukisan Etrusca, Yunani dan Romawi. Juga mosaik yang menggambarkan ikan dan adegan memancing.
Pada akhirnya, para peneliti hanya terfokus pada 23 mozaik yang mewakili kerapu. Dalam 10 dari 23 mosaik, berasal dari abad I hingga abad V, kerapu digambarkan sangat besar. Bangsa Romawi kuno kemungkinan menganggap kerapu sebagai “monster laut” yang bisa memangsa nelayan, seperti yang ditunjukkan dalam sebuah mosaik abad II yang terimpan di Museum Nasional Bardo, Tunis.
Mosaik juga menunjukkan bahwa ikan kerapu hidup di perairan dangkal, jauh lebih dekat ke pantai. Mereka ditangkap oleh nelayan menggunakan galah atau tombak.
“Ini adalah teknik yang pasti tak bisa digunakan untuk menangkap ikan kerapu saat ini,” kata para peneliti. Para peneliti juga menjelaskan bahwa meskipun tidak ada kasus di mana kerapu menyerang manusia, penggambaran seni ini sangat informatif.
Representasi ini menunjukkan bahwa ikan kerapu di zaman kuno begitu besar hingga digambarkan sebagai monster laut. Penggunaan habitat dan distribusi kedalamannya pun telah bergeser di masa-masa lalu.
Penulis Romawi kuno seperti Ovid (43 SM-18 M) dan Pliny the Elder (23 AD-79 AD) melaporkan bahwa ikan kerapu di pancing di perairan dangkal, tempat di mana mereka sekarang sangat jarang ditemukan. Menurut laporan mereka, kerapu begitu kuat hingga bisa pancingan.
Para peneliti mencatat bahwa populasi ikan kerapu sekarang menunjukkan tanda-tanda kembali ke ukuran awal. Ikan ini pun bergerak ke perairan dangkal.
“Seni kuno menyediakan link antara bukti prasejarah dan modern. Juga menunjukkan bahwa ekosistem pantai dangkal dekat Mediterania telah kehilangan banyak kerapu, predator terbaik dan peran ekologi mereka,” para peneliti menyimpulkan

sejarah patung di bali



Sebagai agama tertua yang berkembang di Indonesia perkembangan agama Hindu mengalami pasang surut, terutama dari segi kuantitas. Masa kejayaan Kerajaan Majapahit sekaligus dipandang sebagai masa jaya agama Hindu di Indonesia dan Sandyakalaning Majapahit, runtuhnya Kerajaan Majapahit sekaligus pula merupakan runtuhnya perkembangan agama Hindu di Indonesia sampai titik terendah. Namun, demikian sisa-sisa kejayaan agama Hindu di Indonesia dipertahankan dengan taat hingga oleh sebagian masyarakat di Pulau Bali, Lombok, Jawa, Sumbawa, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Irian, dan daerah lainnya. Mula-mula, dipertahankan oleh masyarakat dengan sistem kerajaan dan keompok masyarakat hinduistis, kemudian juga masih dipertahankan oleh masyarakat pasca kemerdekaan Republik Indonesia.
Setelah pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk, dan meskipun heruisme masyarakat Bali yang beragama Hindu diakui partisipasinya dalam perang kemerdekaan, namun secara formal, agama Hindu yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Bali belum diakui oleh pemerintah.
1. Pada tanggal tanggal 26 Desember 1950, Menteri Agama (K.H. Masykur) bersama Sekjen mendatangi Kantor Daerah Bali yang diterima oleh I Gusti Bagus Sugriwa sebagai salah satu Anggota Dewan Pemerintahan Daerah Bali (D.P.D. Bali) bersoal jawab mengenai agama Hindu Bali. Setelah itu, Menteri Agama dapat menerima alasan mengapa Agama Hindu Bali harus diakui sebagai agama negara dan menjanjikan akan mengesahkannya setelah selesai keliling di Sunda Kecil.
2. Pada Tanggal 10 Oktober 1952, Menteri Agama, Sekjen Menteri Agama (R. Moh. Kafrawi) disertai Kepala Jawatan Pendidikan Agama Islam memberi ceramah di Balai Masyarakat Denpasar dan menyatakan bahwa “…. tidak dapat mengakui dengan resmi Agama Hindu Bali karena tidak ada peraturan untuk itu berbeda dengan Agama Islam dan Agama Kristen memang telah ada peraturannya ……”.
3. Pada Pertengahan Tahun 1953, Pemerintah Daerah Bali membentuk Jawatan Agama Otonoom Daerah Bali dengan tujuan untuk mengatur pelaksanaan agama umat Hindu Bali, karena belum diatur dari pusat. Pimpinan lembaga tersebut dipercayakan kepada Ida Padanda Oka Telaga dan I Putu Serangan. Di tiap-tiap Kapupaten dibentuk Kantor Agama Otonoom yang diketuai oleh seorang Padanda. Pada tahun ini pula D.P.D. Bali atas persetujuan D.P.R.D. Bali mencabut hukuman: Asu Pundung, Anglangkahi Karang Hulu, Manak Salah, Salah Pati Angulah Pati, karena tidak sesuai lagi dalam suasana demokrasi

sumber:http://blisekenbali.com

Sejarah Tari Merak



Tari Merak merupakan salah satu ragam tarian kreasi baru yang mengekspresikan kehidupan binatang, yaitu burung merak. Tata cara dan geraknya diambil dari kehidupan merak yang diangkat ke pentas oleh Seniman Sunda Raden Tjetje SomantriMerak yaitu binatang sebesar ayam, bulunya halus dan dikepalanya memiliki seperti mahkota.[3] Kehidupan merak yang selalu mengembangkan bulu ekornya agar menarik burung merak wanita meninspirasikan R. Tjetje Somantri untuk membuat tari Merak ini.[2]

Dalam pertunjukannya, ciri bahwa itu adalah terlihat dari pakaian yang dipakai penarinya memiliki motif seperti bulu merak. Kain dan bajunya menggambarkan bentuk dan warna bulu-bulu merak; hijau biru dan/atau hitam.[2] Ditambah lagi sepasang sayapnya yang melukiskan sayap atau ekor merak yang sedang dikembangkan. Gambaran merak bakal jelas dengan memakai mahkota yang dipasang di kepala setiap penarinya. [2]
Tarian ini biasanya ditarikan berbarengan, biasanya tiga penari atau bisa juga lebih yang masing-masing memiliki fungsi sebagai wanita dan laki-lakinya.[2] Iringan lagu gendingnya yaitu lagu Macan Ucul biasanya. Dalam adegan gerakan tertentu terkadang waditra bonang dipukul di bagian kayunya yang sangat keras sampai terdengar kencang, itu merupakan bagian gerakan sepasang merak yang sedang bermesraan.[2]
Dari sekian banyaknya tarian yang diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri, mungkin tari Merak ini merupakan tari yang terkenal di Indonesia dan luar negeri.[2] Tidak heran kalau seniman Bali juga, diantaranya mahasiswa ASKI Denpasar menciptakan tari Manuk Rawa yang konsep dan gerakannya hampir mirip dengan tari Merak.[2]

Alat Tradisional

2.Kecapi
kacapi
Kacapi merupakan alat musik petik yang berasal dari Jawa Barat, biasa digunakan sebagai pengiring suling sunda atau dalam musik lengkap, sampai saat ini masih terus dilestarikan dan dijadikan kekayaan seni Sunda yang sangat bernilai bagi masyarakat asli Jawa Barat.
Membutuhkan latihan khusus untuk dapat memainkan alat musik ini dengan penuh penghayatan, tak jarang latihan dilakukan di alam terbuka agar dapat menyatukan rasa dan jiwa sang pemetik Kacapi, lebih dari itu semua suara yang dihasilkan dari alat musik ini akan menenangkan jiwa para pendengarnya, dan mampu membawa suasana alam Pasundan di tengah-tengah pendengar yang mulai terhanyut dengan buaian nada-nada yang indah dari Kacapi.



Kamis, 01 November 2012

Sejarah Batik




Batik Cirebon bermotif mahluk laut
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.