Setelah
dipanen selama ribuan tahun―tulang ikan kerapu telah ditemukan di
pemukiman manusia sejak lebih dari 100.000 tahun silam―spesies ini telah
berkurang dalam beberapa dekade terakhir dan sekarang dikategorikan
sebagai terancam punah di International Union for Conservation of Nature
(IUCN) Red List. Pemulihan spesies ikan langka memerlukan evaluasi yang
cermat dari beberapa elemen penting, seperti kelimpahan, struktur
ukuran, dan distribusi spasial.
Untuk
melihat sejarah kerapu, para peneliti memeriksa ratusan lukisan
Etrusca, Yunani dan Romawi. Juga mosaik yang menggambarkan ikan dan
adegan memancing.
Pada
akhirnya, para peneliti hanya terfokus pada 23 mozaik yang mewakili
kerapu. Dalam 10 dari 23 mosaik, berasal dari abad I hingga abad V,
kerapu digambarkan sangat besar. Bangsa Romawi kuno kemungkinan
menganggap kerapu sebagai “monster laut” yang bisa memangsa nelayan,
seperti yang ditunjukkan dalam sebuah mosaik abad II yang terimpan di
Museum Nasional Bardo, Tunis.
Mosaik
juga menunjukkan bahwa ikan kerapu hidup di perairan dangkal, jauh
lebih dekat ke pantai. Mereka ditangkap oleh nelayan menggunakan galah
atau tombak.
“Ini
adalah teknik yang pasti tak bisa digunakan untuk menangkap ikan kerapu
saat ini,” kata para peneliti. Para peneliti juga menjelaskan bahwa
meskipun tidak ada kasus di mana kerapu menyerang manusia, penggambaran
seni ini sangat informatif.
Representasi
ini menunjukkan bahwa ikan kerapu di zaman kuno begitu besar hingga
digambarkan sebagai monster laut. Penggunaan habitat dan distribusi
kedalamannya pun telah bergeser di masa-masa lalu.
Penulis
Romawi kuno seperti Ovid (43 SM-18 M) dan Pliny the Elder (23 AD-79 AD)
melaporkan bahwa ikan kerapu di pancing di perairan dangkal, tempat di
mana mereka sekarang sangat jarang ditemukan. Menurut laporan mereka,
kerapu begitu kuat hingga bisa pancingan.
Para
peneliti mencatat bahwa populasi ikan kerapu sekarang menunjukkan
tanda-tanda kembali ke ukuran awal. Ikan ini pun bergerak ke perairan
dangkal.
“Seni
kuno menyediakan link antara bukti prasejarah dan modern. Juga
menunjukkan bahwa ekosistem pantai dangkal dekat Mediterania telah
kehilangan banyak kerapu, predator terbaik dan peran ekologi mereka,”
para peneliti menyimpulkan